MiLYS Jelajah Bumi Andalas


Alkisah 6 serdadu MiLYS (Mailing List Yamaha Scorpio) berniat melakukan napak tilas jalur Jakarta Aceh, rute ini pernah dilalui oleh rekan-rekan MiLYS sebelumnya. Persiapan kali ini lebih matang sehingga diharapkan dapat menjadi acuan bagi bikers lain yang akan melakukan perjalanan kesana, silakan simak kisah panjang mereka yang akan selalu di update sesuai dengan perjalanan 6 serdadu ini.

6 serdadu itu adalah :

1. R. Joko Sutias / Tangerang (MiLYS 621)

2. Adnan / Bogor (MiLYS 604)

3. Hendra Njoo / Tangerang (MiLYS 764)

4. Hendrik Sompie / Tangerang (MiLYS 655)

5. Choky Hasibuan / Tangerang (MiLYS 783)

6. Jack Bvlgari / Utara  (MiLYS 707)

Siapa saja brother MiLYS  yang pernah menyusuri jalur ini dan seperti apa rencana 6 serdadu MiLYS ini, silakan simak keterangan dibawah ini :

Direncanakan mereka akan bergerak tanggal 30 Agustus 2011 dari meeting point di Tangerang, sementara jauh sebelum hari keberangkatan mereka sudah mempersiapkan banyak hal terhadap tunggangannya, Yamaha Scorpio 225 cc ini dipersiapkan untuk mengarungi tanah Sumatera, apa saja sih yang dilakukan untuk touring jelajah Andalas ini? silakan simak keterangan dibawah ini

Selain persiapan motor tentunya ada juga persiapan lainnya, misalnya perlengkapan pengendara maupun biaya yang harus dikeluarkan untuk menikmati perjalanan ini, berapa biaya dan apa saja persiapan pengendaranya?

Ternyata cukup banyak juga ya persiapan mereka, termasuk daftar komunitas motor di sepanjang perjalanan, hal ini lumrah dilakukan bikers, silaturahmi antara biker memang sangat kental it’s called brotherhood, mereka tentunya akan memerlukan bantuan komunitas di daerah setempat apabila terjadi sesuatu di jalan, selain itu tentunya akan mampir ke tempat komunitas itu biasa nongkriong, say kulonuwun dan permisi karena akan melewati wilayahnya.

Malam ini tentunya 6 serdadu ini harus beristirahat dan mempersiapkan fisiknya untuk besok siang, cerita dan tulisan ini akan selalu update sampai mereka kembali nanti, tentunya akan dilengkapi foto-foto selama mereka di perjalanan, sementara team penjaga lilin akan setia memantau perkembangan perjalanan mereka dari semua daerah, perlu diketahui member MiLYS ini tersebar dari Aceh sampai Papua.

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? mari kita nantikan besok saat mereka mulai bergerak, pantau saja di blog ini untuk informasi update dari 6 serdadu ini, selain itu masih ada lagi beberapa bikers termasuk ketua MiLYS dan beberapa orang lagi yang akan menyusul ke Aceh.

Selasa 30 Agustus 2011

Lebaran boleh delay namun rencana keberangkatan mereka ke Aceh tetap on schedule, sejak pagi tadi email di mailing list yamaha scorpio (yamaha_scorpio@yahoogrups.com) sudah ramai oleh support teman-teman penjaga lilin di seluruh daerah, jam 11.00 koordinasi di grup internal sudah mulai ramai juga.

Disepakati bahwa akan ada team pengantar, tradisi ini lumrah di komunitas kami, team pengantar ada yang hanya melepas kepergian mereka di tempat start, juga ada yang akan mengantar sampai pelabuhan Merak.

Tercatat ada Ketua Umum MiLYS (Andy Brod0, aki didit van bsd, dotten, jepe, teguh bom2, hendy, emoes, obing, hafid, kemudian ada juga team RHC 10 motor

Canda tawa khas bikers kemudian haru juga ada di antara mereka, perjalan jauh dan lama ini akan menjadi moment bersejarah bagi MiLYS

Jam 14.02 WIB team aceh bergerak, tujuan awalnya adalah pelabuhan Ferry di Merak, team jelajah Andalas kali ini diwarnai 2 scorpio hitam, 2 scorpio merah dan 2 scorpio biru.

Mereka diantar oleh beberapa rekan MiLYS sampai Pengkolan Asem, Cikande Serang, team pengantar bergegas putar balik, sedangkan 6 serdadu ini bergegas melaju ke tujuan.

Jam 16.00 team sampai di terminal Cilegon, makan sore sebelum meninggalkan Pulau Jawa dan mulai menapakkan roda scorpionya di tanah Andalas.

Pelabuhan ferry seakan menjadi momentum lain bagi 6 serdadu ini, suara pluit kapal yang melengking di kejauhan menggugah semangat mereka untuk segera menyeberang ke tanah Andalas.

Tidak lama kemudian mereka sudah ada di atas geladak kapal ferry, semilir angin di Selat Sunda membuat beberapa rekan terkantuk2.

30 Agustus 20.00 WIB, kapal sudah sandar di pelabuhan bakauheni, lumayan juga beberapa jam diatas kapal bisa istirahat.

Checkpoint berikutnya adalah tulang bawang, 6 motor bergerak perlahan tapi pasti, jalanan mulus dan panjang sebetulnya agak-agak menggoda mereka untuk menarik gas, tapi gema takbir yang berkumandang sepanjang jalan membuat mereka agak tenang.

24.00 WIB, suara denyit rem terdengar, Tulang Bawang… 6 Serdadu istirahat dan bermalam disini.

Apa yang terjadi tanggal 31 Agustus 2011 ? Bertepatan dengan Idul Fitri? Jam berapa mereka bangun dan bergerak lagi?

Rabu 31 Agustus 2011

Ritual pagi mereka kerjakan, seperti biasa mandi supaya badan segar kemudian check motor agar tetap laik jalan dan repacking perlengkapan, baju-baju kotor disimpan di bagian bawah box.

Usai menjalankan ritual itu mereka kembali menunggangi kuda besinya menuju tujuan berikutnya, Palembang, jalanan dari Tulang Bawang menuju Palembang relatif mulus, suara kenalpot 6 scorpio itu memecah keheningan pagi, jalan beriringan dengan kecepatan menengah membuat perjalanan ini terasa menyenangkan.

Sekitar jam 10.00 mereka sampai di Indralaya untuk sarapan pagi, pilihannya adalah Rumah Makan tahu Sumedang Lingga Sari

Usai sarapan mereka bergegas menggunakan perangkat lenongnya demi keselamatan di jalan, ehhh entah kenapa Si Pitung, demikian EmJe memberi nama motornya, ngambek mendadak mogok, kumendan Adnan dengan sigap berusaha mencari penyebab ngadatnya si pitung, diagnosa pertama adalah tersumbatnya saluran udara.

Bongkar sana bongkar sini ternyata penyebabnya sepela, chop busi kotor, hanya perlu dibersihkan sedikit motor sudah bisa bergerak lagi.

14.30 WIB mereka sudah bisa jalan lagi menuju Jambi, perjalanan kali ini agak panjang, tujuan berikutnya adalah Jambi, dan target mereka sebelum magrib harus sudah sampai sungai lilin untuk beristirahat.

Jalur Lintas Timur Sumatra ini nuansanya agak lain dengan di pulau Jawa, menyusuri jalan lintas timur Palembang – Jambi, melewati Banyuasin, Betung, Banyulencir dan akhirnya Jambi. Jam 17.30 mereka sampai di kota Sungai Lilin untuk beristirahat kembali, perjalanan jauh menggunakan motor memang tidak bisa dipaksa terus menerus tanpa berhenti, kondisi fisik yang prima adalah salah satu faktor  keselamatan. Meregangkan otot di sungai lilin sambil mereguk segelas kopi hangat

Mata melek, tenggorokan sudah kembali segar dan perut hangat, usai shalat magrib 6 serdadu ini kembali memicu motornya menuju rumah bro Edwin di jambi, perjalanan malam di jalur lintas timur ini mengasyikan, sesekali mereka bertemu bus lintas sumatera, hembusan angin malam di lintasan ini lumayan menyegarkan badan.

Kota yang dilalui setelah Sungai Lilin ini adalah Pulau Rimau, Banyu Lencir, Sungai Bahar, Sungai Mestong baru kemudian Kota Jambi, jalanan relatif datar, namun tidak lama setelah Pulau Rimau jalanan mulai sepi, rumah penduduk semakin jarang hanya pepohonan di kanan kiri jalan, papasan dengan truk atau bus malam lumayan menyilaukan mata juga, musim panas ini membuat jalanan berdebu, entah apa jadinya kalau terjadi sesuatu di jalur ini.

Kelokan sepanjang perjalanan banyak ditemui anak-anak setempat hilir mudik menggunakan motor, tatap kagum melihat 6 scorpio melaju kencang namun berbaris rapi, Hendra Njoo mulai tergoda untuk ikut miring-miring di belokan, adrenalin sudah tinggi, akibatnya timbul percikan api akibat gesekan standar motor dengan aspal… Ehmmm ntu standar pinjem punya gue tuh…

Tepat jam 21.30 mereka sampai di rumah bro Edwin di Jambi, sambutan hangat khas biker terlihat kental di kota ini, usai membersihkan diri mereka semua disuguhi hidangan malam oleh keluarga bro Edwin, sekalian merayakan hari ulang tahun Hendrik Sompie, salah satu dari peserta touring kali ini.

Rencananya malam ini istirahat di Jambi dan besok pagi jam 05.00 mereka akan kembali jalan dengan tujuan Duri dan akan bermalam disana

Perut kenyang mata ikut kenyang, lauk pauk malam itu sungguh menggugah selera 6 serdadu ini, seperti ajaran orang tua sejak kecil dulu, tidak boleh menolak rejeki, lahap hap hap hap sampai tak tersisa nasi dan lauknya. Malam ini mereka istirahat karena besok subuh jam 05.00 WIB harus berangkat.

September Ceria
Jambi 1 September 2011
Semalam team menginap di Hotel Penawar di kawasan Jl. Dr. Djamin Datuk Bagindo. Hotel ini lumayan nyaman, ada AC dan air panas.

Pagi ini prosedur standar, semua memeriksa motor, rencananya mereka akan ke jembatan Audori 2, ini adalah jembatan terpanjang di Jambi yang melintasi Sungai Batanghari.

Apa hasil check motor pagi ini? Motor Hendrik Sompie ternyata salah setting Arm Relay (AR), settingan tinggi empuk kurang cocok untuk kondisi jalanan sumatera, motor sering ambles kalau ketemu lubang.

Bagaimana dengan si Nur, demikian Hendra Njoo memberi nama motornya, si Nur ngadat ga mau pake electric stater, namun bisa menggunakan kick stater, dan lagi2 kumendan Adnan turun tangan untuk memperbaiki kerusakan itu.

Motor choky olienya selalu berkurang, kali ini harus ditambah 1/5 liter.

Tools mulai dikeluarkan, motor mulai dibongkar, satu persatu diteliti…

Ternyata hanya hal sepele aja, olie mesin menguap, kemudian motor Hendra Njoo hanya longgar kabel, sedangkan motor Hendrik Sompie sementara dibiarkan dulu.

Seperti kata pepatah, rejeki tidak boleh ditolak, Jam 12.30 ditraktir sama anak SPION (Siginjai Scorpio Owner) Jambi… Hehehe lumayan buat ngirit uang jajan, lahap sekali mereka seperti belum makan 3 hari

Perut boleh kenyang namun hasrat narsis tetap tinggi, oleh karenanya mereka lanjut foto-foto di Jembatan Makalam diantar spion dan JMB (Jambi Mio Brother)

Sekitar jam 13:00 WIB
Team langsung tarik gas menuju kota Rengat perbatasan Jambi – pekanbaru

Setelah melewati jalan 50% aspal mulus dan 50 % jalan ancurrrr!!

Kali ini yang kesulitan Hendrik Sompie, ayunan motor seperti ayunan di atas perahu, njot njotan.. Hehehe, untungnya cuaca siang itu lumayan cerah dan kondisi jalan tidak terlalu ramai.

Jam 18.00 team ini sudah sampai kota Rengat, kembali istirahat melepas lelah dan membersihkan badan, rencana selanjutnya adalah kota Pekanbaru, rencananya akan jalan jam 19.00. Namun demi keselamatan laju motor agak pelan, sehingga baru sampai Pekanbaru jam 03.00 pagi

Jumat 2 September 2011

Perjalanan ini membuat mereka terkantuk2 di jalan, tak ada hotel terminalpun jadi, di daerah Merlung mereka rebahan. Hendrik Sompie malam itu terlihat aneh, perjalanan malam di tengah hutan benar-bener membuat bulu kuduk berdiri, posisi dia nomer 2 dari belakang, sedikit-dikit tengok belakang…

Ear phone yang biasa dipakai dia dikibas supaya lepas dari kupingnya… hahaha rupanya dia dengar suara cewek di earphone nya … hiiiiiiii

Pagi ini mereka melihat ada tempat untuk rehat sebentar, entah tempat apa, tapi rasa kantuk tak bisa kompromi lagi.

Lokasi pagi ini masih 1 jam dari Duri, mereka sudah bersiap menuju Medan, mudah2an sampai Medan hari ini.

Lapak apapun serasa kasur empuk, Hendra Njoo memilih agak diluar supaya kena semilir angin, pagi2 sekitar jam 7.00 mulutnya terasa gurih, cemilan pagi berupa lalat mampir di bibir Njoo… Hehehe gurih ya bro

Lumayan juga bisa leyeh-leyeh sebentar di kota Duri, rasa lelah mereka sedikit terobati, perjalanan jauh masih menanti,walau kondisi jalan dan alam bersahabat namun mereka tidak boleh lengah sedikitpun, sehingga diputuskan untuk beristirahat agak  lama.

Selain pengendara tentunya tungganganpun perlu mandi, tukang cuci steam di pinggir jalan sudah menanti dengan tatapan penuh harapan agar motor Plat B ini sudi merapat ke lapaknya, gayungpun bersambut, tak lama setelah istirahat kuda-kuda besi ini mulai dimandikan.

Usai bersih bersih mereka menyempatkan diri juga untuk memeriksa ulang kondisi motornya, perjalanan ke medan masih beberapa jam lagi, kondisi motor harus tetap prima. Disela-sela kegiatan itu beberapa rekan menelusuri jalanan sekitarnya untuk melihat-lihat kondisi kota

Siang itu sebelum bergegas ke Medan mereka akan mengisi BBM, berkeliling kota, rupanya hanya ada 2 SPBU dannnnn semuanya tutup, apa daya daripada harus bersusah-susah nanti lebih baik menunggu sampai SPBU nya buka.

Ya sudah kondisi seperti ini dimanfaatkan untuk melanjutkan istirahatnya walau tidak bisa beranjak dari sebelah motor karena bisa diserobot antriannya, kursi penjaga SPBU dimanfaatkan juga. Posisi mereka di Pangalan Balam

Sekitar 30 motor terlihat antri di belakang team MiLYS, ternyata BBM langka juga di daerah ini.

Berliter-liter premium dicurahkan ke tangki scorpio, penuh sudah BBM motornya berarti bisa segera menlanjutkan perjalanan menuju Medan.

Deru knalpot scorpio mulai terdengar, debu terlihat di sela-sela ban motor mereka, cuaca hari ini benar-benar panas, pancaran panas sinar matahari tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus bergerak menuju Medan

Sementara itu team II MiLYS sudah bergerak menggunakan pesawat ke Medan, rencananya dari Medan mereka akan bersama team I menuju km 0, siapa saja team II MiLYS? silakan lihat foto dibawah ini.

Melintasi bumi Andalas menggunakan pesawat tentunya hanya hitungan jam saja, sampai medan mereka disambut oleh Boy (MiLYS 720) yang bertugas di Bandara Polonia Medan, hidangan siang pun disiapkan untuk mengisi lambung-lambung besar ini.

Sementara itu 6 serdadu MiLYS masih menikmati perjalanan menuju Medan, panasnya siang itu mendadak sirna oleh datangnya hujan, lumayan juga 2 jam perjalanan menuju Medan diguyur air hujan.

Jalanan mulus sehingga mereka bisa memacu motornya lumayan cepat, pemandangan terindah saat itu adalah papan penunjuk arah ke Medan, semakin dekat semakin semangat mereka.

Sabtu 3 September 2011

06.00 WIB, pagi itu terlihat 6 scorpio dengan gagahnya memasuki kota Medan, jalanan kota pagi itu masih sepi, wajah-wajah lelah 6 serdadu ini mulai terlihat semangat lagi saat menemukan tempat istirahat di rumah Boy, kursi dan meja menjadi tempat yang nyaman untuk istirahat

Seharian di Medan digunakan untuk tidur sampai siang harinya. Ternyata Boy sudah mempersiapkan motornya untuk ikut bersama 6 serdadu ini ke Aceh.

Tepat jam 17.00 mereka kembali berkendara ke arah Aceh, jalanan masih sepi dan cuaca cerah menemani mereka melalui senja di kota Medan, jalan luar kota yang sebelumnya hanya pernah dilihat dari udara saja kali ini mereka lewati melalui darat.

Aceh Tamiang check point berikutnya untuk istirahat lagi, malam itu jam 21.00 mereka sampai Aceh Tamiang.

Istirahat 1 jam dirasakan cukup untuk memulihkan tenaga, jam 22.00 WIB mereka lanjut perjalanan, agak menegangkan memang malam-malam bermotor di daerah Aceh, suasana sepi agak mencekam sepanjang perjalanan, beruntung mata dan fisik masih kuat sampai Lhokseumawe, tepat jam 03.00 mereka masuk kota ini.

Minggu 4 September 2011

Suasana persaudaraan kental khas bikers sangat terasa di rumah pak Sofyan, lumayan ada waktu lagi istirahat beberapa jam

Usai menunaikan shalat subuh, mereka mulai bergerak lagi ke tujuan berikutnya yaitu Sigli

Terpaan angin pagi dan udara dingin rupanya sempat menurunkan kondisi fisik mereka semua, entah kenapa kompak semuanya ingin istirahat di Sigli, rupanya firasat itu benar, sesuai prosedur, setiap berhenti pasti kami akan check kondisi motor, ternyata benar adanya, salah satu baut mesin Boy hilang dan side box Hendra Njoo bolong terkena panas knalpot.

Walhasil pagi itu mereka keliling kota untuk mencari baut penutup olie, namun apa daya stocknya habis, akhirnya kami kanibal dari salah satu rekan MiLYS chapter Aceh yang hari itu ikut mengantar kami, sementara side box Hendra Njoo diikatkan di saddle menggunakan net.

Rasa lelah semakin mendera kami semua, tidur lagi tidur lagi…. tidak masalah yang penting semua selamat dan tidak memaksakan diri.

09.00 WIB, sudah waktunya untuk kembali bergerak ke Aceh, jalanan mulus dan cuaca cerah menemani mereka pagi itu, jalanan lengang membawa mereka sampai di Banda Aceh jam 11.00 WIB

Sampai Banda Aceh kami semua langsung digiring ke Warung Dragon yaitu warung tempat nongkrongnya anak-anak YSC NAD, disana kami disambut rekan-rekan YSC dan ada surprise !!!! kami diberi kue tart untuk menyambut ketua MiLYS sdr Andy Brod

Di Warung Dragon inilah kami merencanakan perjalan ke Km 0 di ujung paling Barat Indonesia, rencananya hari ini team akan tetap bergerak ke KM 0, bagaimana nasib baut oli? bagaimana nasib side box hendra njoo?

apakah kan dijadikan monumen disana ? kemudian seperti apakah suasana di KM 0 saat mereka tiba sore ini?

Rencana memang boleh matang namun kondisi hari itu kurang memungkinkan mereka untuk ke Pulau Sabang.

Pagi itu mereka tak lama-lama bercengkrama di warung Dragon, mereke segera menuju Pelabuhan Ulluele yaitu pelabuhan kapal ferry untuk menyebrang ke Pulau Sabang.

Ternyata kapal yang ke Pulang Sabang sudah berangkat jam 10.00, sedangkan mereka sampai sana jam 10.30 waduhhhh telat 30 menit.

Apa boleh buat, mau tak mau tetap harus antri menunggu kapal berikutnya dan hebatnya baru ada penyebrangan lagi jam 21.00 malam… Hmmmm nasibbbb….. Nasibbbb…..

Lagi2 waktu luang itu dimanfaatkan untuk istirahat di pelabuhan, jenuh juga menunggu lama, jam 13.00 motor dimasukan ke dalam antrian dan beberapa rekan MiLYS diantar rekan2 Aceh tamasya keliling kota.

Salah satu tempat yang dikunjungi mereka adalah lokasi kapal apung dengan bobot 12.000 ton terdampar di tengah kota Aceh. Sekarang kapal ini dijadikan lokasi wisata, sudah rapih, di beberapa tempat ada tanaman dan prasasti, kapal ini adalah kapal PLN, besar sekali kapal ini, konon di bawah kapal itu masih ada korban yang tertimpa… Semoga mereka beristirahat dengan tenang disisiNya.

Kemudian mereka bergerak ke Masjid Baiturrahman, mesjid ini tidak terkena tsumani, hanya area sekitarnya saja yang hancur.

Selain 2 tempat tadi mereka juga keliling Kota Aceh, serambi Mekkah. Takjub melihat kota ini bisa bangkit dari bencana tsunami, sisa-sisa bencana memang masih terlihat di beberapa sudut kota, bahkan masih ada kapal nelayan yang dibiarkan bertengger di atap rumah penduduk.

Kemudian mereka menuju area pemakaman masal korban tsunami, tempat ini luas dan bersih, kami masuk gerbang besar di depan, berjalan kaki kedalam melihat hijaunya rumput disana, sedih membayangkan dibawah rumput itu dimakamkan ribuan saudara kami yang menjadi korban tsunami.

Doa dipanjatkan ke hadiratNya, semoga mereka semua diterima disisinya.

Menjelang magrib team kembali ke pelabuhan penyebrangan, menunggu saat-saat penyebrangan kedua di hari itu.

Suara pluit kapal ferry mulai berbunyi, derak dek kapal terdengar indah, bunyi itu menandakan kapal sudah mulai bersiap untuk menerima team.

21.15 motor sudah bergerak masuk geladak kapal, beberapa mobil dan orang sudah mulai masuk, perkiraan waktu perjalanan adalah 2 jam saja.

22.33 berita dari team masih diterima via email, katanya mereka masih diatas kapal menuju Sabang.

Team penjaga lilin di Jakarta mulai kehilangan kontak dengan 6 serdadu itu… Waduhhh apa yang terjadi? Mereka masih di tengah laut, tengah malam…. Kami hanya bisa berdoa mereka semua selamat sampai seberang sana.

Sekarang tim penjaga lilin hanya bisa menanti kontak dari mereka lagi…

Sekitar jam 23.45 kami dapat kontak dari team, ternyata kapal mereka sudah sandar di pelabuhan Sabang.

Minggu 5 September 2011

Usai mendaratkan semua motor dan perlengkapan kami melakukan koordinasi internal, yg ikut menyebrang adalah 6 serdadu darat MiLYS, pasukan udara MiLYS serta rekan-rekan YSC NAD. Jam 02.00 semua team beristirahat di warnet setempat.

Kali ini tidur 3 jam saja sudah terasa lama, hasrat team untuk segera sampai ke tugu KM 0 begitu menggebu.

05.00 kami berlomba bangun dengan ayam jantan setempat, semangat untuk segera bergerak lagi ke ujung Pulau We.

05.45 semua sudah rapih dan terlihat ganteng, barisan odong-odong ini siap meluncur ke tugu Km 0, raungan suara dari knalpot scorpio menggelegar membelah keheningan pagi itu. “Gasssss” kata2 isi seakan menjadi tanda untuk menarik gas motor…

07.00 WIB (5 September 2011)

Team sampai di tugu Km No; (0)  di ordinat 5″ 54′ 21.42″ Lintang Utara ; 95″ 13′ 00.50″ Bujur Timur

Alhamdulillah semua team sampai dengan selamat, mereka saling berpelukan dan berjabat erat khas bikers, Congratzzzz bro… We Proud Of All Team

Team penjaga lilin di Jakarta bersorak gembira juga, ucapan selamat di mengalir melalui mailing list, sms, bbm.

Foto2 bersama tak dilewatkan di tugu ini, sederhana memang, bukan hal sederhana untuk bisa mencapai ini lebih dari 3000 km jalanan darat mereka lalui untuk bisa sampai, perjuangan berat di sepanjang jalan mereka hadapi.

Ada kesan mendalam setelah sampai di tugu Km 0 ini dari bro Hendra Njoo, dia menulis seperti ini :

Alesan gw turing KM 0 tahun ini krn tahun ini umur gw 40. Khan ada yg bilang: “Life begin at fourty”. Jadi umur 40 ke KM 0 secara simbolik mengandung arti “memulai kehidupan lagi”.

Makanya turing ini, gw namain buat gw sendiri: “Turing Reborn”

Seperti burung rajawali yg mau ganti bulu. Akan jadi lbh kuat dan tajam.

Demikian ujar Hendra Njoo saat ditanya kesannya bisa sampai ke Km 0 di kecamatan Iboih, Kotamadya Sabang, Prov. NAD

Perjalanan masih panjang, masih ribuan kilometer lagi harus ditempuh untuk sampai rumah di Jakarta, cerita tentang 6 serdadu ini belum selesai, masih banyak kisah 3000 km lagi menuju Jakarta.

Di sela2 touring ini Hendra Njoo ternyata ada janji dengan customernya di Medan, akan meninjau pabrik… Halahhhh ndraaa ndraaa masih sempat aja ngurusin kerjaan

Di pulau palaing barat Indonesia ini mereka santai untuk melepas rasa lelah, tidur-tiduran dan ngobrol ngalor ngidul saja. Jam 14.00 WIB semua motor sudah standby di atas kapal ferry, mereka bersiap untuk kembali ke Banda Aceh.

Ada rasa bangga dan haru di hati ketua umum MiLYS, sdr Andi Brod, di termenung di ujung geladak kapal entah apa yang ada dipikirannya.

Team bersiap akan bergerak kembali ke Jakarta malam ini, tujuan pertama adalah Medan, sementara Hendra Njoo hanya kan berkendara sampai Banda Aceh saja, motor akan dikirim kembali ke Jakarta karena dia ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda.

Team sampai di Banda Aceh jam menjelang petang dan mereka hanya beristirahat sebentar kemudian lanjut perjalanan ke Medan.

Perjalanan pulang menuju Jakarta menorehkan kesan tersendiri, saat beristirahat di perjalanan menuju Medan mereka merasakan getaran tanah yang lumayan kencang, ternyata hari itu ada gempa sebesar 6.7 SR, Alhamdulillah semua selamat tidak terkena dampak gempa bumi ini.

Perjalanan direncanakan melalui jalur lintas barat sumatera dan akan melewati kota Padang, di perjalanan sempat ada sedikit musibah, Jack Bvlgari sempat jatuh sedikit, lututnya berdarah namun tidak mengurangi semangatnya untuk tetap berkendara ke Jakarta.

Kabar selanjutnya akan disampaikan disini setelah ada contact lagi dengan team, tetap pantau terus di blog ini

 

20 tanggapan untuk “MiLYS Jelajah Bumi Andalas”

  1. wueenaakknya ..yang bisa cuti full 2 minggu lebih..kapan ya jadi juragan..bukan jonggos…tt dj buat team napak tilas..!!

    **mikir kl cuti diambil semua bisa setahun jadi kuli panggul dikantor..**

  2. thanks udah mampir, support terus ya perjalanan 6 serdadu ini, pantau aja disini terus, karena ini kan selalu update sesuai info dari team

    1. Salam kenal bro reza, makasih udah mampir di blog ini, nanti di aceh titip 6 serdadu itu ya, hati2 mereka makannya banyak, jangan lupa diajak ke bakmi aceh dan kopi tarik khas aceh supaya mereka ketagihan.
      Eko P / MiLYS 709

  3. sy siap menyambut dmedan pak, kbetulan sy plang mudik kmedan pak. Sy dpt kbr insyaallah akan bro hery-MiLYS712 Atjeh akan menyambut dmedan jg pak.

Tinggalkan komentar