Arsip Tag: Bahasa

Free Download E-Book Transportasi


Dear friends,

E-book di bawah ini adalah tulisan almarhum ayah saya tercinta KP. Suwardjoko Proboadinagoro Warpani, Ir. MTCP ( 2 Juni 1937 – 23 Februari 2016 )  dokumen-dokumen tulisan beliau saya kumpulkan untuk mengenang Bapak. Tidak terasa sudah hampir satu tahun bapak meninggalkan keluarga, …. miss you dad 😦 

Bapak memang sudah tidak ada, namun tulisan-tulisan Bapak akan selalu ada dan bermanfaat bagi orang banyak, Insya Allah menjadi pahala yang tidak pernah putus bagi Bapak yang sedang beristirahat di sisi Allah.

Dokumen ini adalah naskah asli ketikan Bapak sebelum naik cetak, memang masih ada beberapa kesalahan namun sengaja tidak diperbaiki demi menjaga keasliannya.

Dokumen ini ada yang berupa buku yang sudah diterbitkan, ada materi kuliah, tulisan di koran dan atau majalah, coretan-coretan kecil dan lain-lain.

Dokumen ini dibagikan secara GRATIS, untuk menghargai beliau mohon untuk  tidak memperdagangkannya.

16422814_10211685313389522_3754420461170568733_o
Karya Terakhir Bapakku menjelang akhir hayat, ditulis di usia senja menjelang kepergiannya.

Lanjutkan membaca Free Download E-Book Transportasi

Gamparan Untuk Mahasiswa dan Pengajar


Ada tulisan menarik dari  Bapak I Made Andi Arsana, beliau adalah dosen UGM, menurut beliau ini adalah gamparan untuk mahasiswa, tapi setelah saya cermati satu-persatu isi tulisan beliau, ternyata isi tulisan ini juga berlaku bagi pengajar baik itu dosen maupun guru karena ada beberapa dari mereka yang masih melakukan hal yang sama …. hehehe

Semoga mereka cukup kuat untuk membaca tulisan Bapak I Made Andi Arsana, punya keberanian yang besar untuk mengakui kepada diri sendiri bahwa mereka seperti yang tertulis, tidak mencari-cari pembenaran atas kekurangannya dan punya niat yang kuat untuk memperbaikinya.

begini cuplikan isi tulisan beliau:

Lanjutkan membaca Gamparan Untuk Mahasiswa dan Pengajar

Bullying Yang Lebay


Maraknya media sosial belakangan ini membuat istilah kata “bully”, “bullying” semakin akrab di telinga dan mata kita, Istilah bullying seringkali digunakan sebagai perisai oleh beberapa orang, bisa jadi karena mereka sendiri tidak paham arti kata bully, bisa juga karena terlalu paham dan memanfaatkan kondisi demi belas kasihan orang lain.

Apa sih sebenarnya arti kata bully? Singkatnya bullying itu intimidasi, kalau mau panjangnya silakan googling aja sendiri deh. Intimidasi yang dilakukan bisa dengan beberapa cara, bertemu langsung atau melalui tulisan, gambar atau foto di media sosial.

5148182665_8237f5b8ae

Mari kita telaah lebih lanjut mengenai arti kata “koreksi”, “kritik”, “saran: Tentunya anda semua pernah membaca kata tersebut dan paham artinya dong?

Nahhhh sekarang silakan buka media sosial apapun yang anda miliki dan perhatikan perilaku Lanjutkan membaca Bullying Yang Lebay

Kenapa kata Kontol dan Memek dianggap porno?


“Otong”, “Unyil”, “Meki” adalah istilah pengganti bagi alat reproduksi manusia, bagi beberapa orang kata itu dianggap santun, jarang saya temui orang yang meyebut alat kelamin pria maupun wanita dengan sebutan penis, kontol atau vagina. Kata kontol dan memek dianggap kasar, benarkah begitu? Baca tulisan ini sampai bawah sebelum anda menyimpulkan.

Alat kelamin biasa juga disebut alat reproduksi dianggap kata porno, kata memek dianggap kasar dan jorok, emangnya anda tahu arti kata memek? hehehe… , kita semua punya alat kelamin, lantas kenapa harus dianggap aneh dan jorok? tuh lihat gambar di bawah ini.

Pernah ingat waktu kita kecil dulu? Pernahkan orang tua atau guru di sekolah mengajarkan tentang anggota tubuh serta fungsinya? Pernahkan anda diperagakan alat tubuh seperti telinga. mata. lutut dan lainnya?

Penasaran dengan kata penis, vagina, kontol dan memek maka saya coba Lanjutkan membaca Kenapa kata Kontol dan Memek dianggap porno?

Salah Kaprah Penulisan Kata “di”


Kesalahan yang sekali dua kali dilakukan mungkin tidak sengaja, namun kesalahan yang selalu dilakukan berulang-ulang bahkan mengabaikan data dan fakta yang ada namanya membenarkan kesalahan, herannya pembenaran kesalahan ini justru banyak dilakukan oleh kalangan intelektual yang sudah belajar Bahasa Indonesia lebih dari 12 tahun… hehehe …

Kesalahan apa sih? sederhana saja… kesalahan penulisan kata “di”… saya menulis ini bukan sebagai ahli bahasa Indonesia, hanya tulisan ungkapan keheranan saja. Salah kaprah ini sudah semakin merajalela, bahkan di tempat-tempat umum, kebiasaan copy paste melahirkan kesalahan ini, banyak orang asal contek kata yang sudah ada tanpa sadar bahwa kata itu salah.

Beberapa kali saya temui di skripsi mahasiswa bimbingan saya, seringkali saya lihat di jalanan, di toko-toko waralaba dan banyak tempat lainnya, kesalahan ini seakan dibenarkan dengan kesalahan masal yang dilakukan orang.

Silakan perhatikan tulisan-tulisan di sekitar anda yang mengandung kata “di”, misalnya: Lanjutkan membaca Salah Kaprah Penulisan Kata “di”

Maaf Saya Newbie


“Maaf saya newbie”

Kata newbie seringkali kita dengar di lingkungan sekitar kita, di dunia sepeda, anak motor, penghobi fotografi dan lainnya, banyak di antara mereka yang berusaha me-newbie-kan diri sendiri, masih ngga ngerti deh apa sih maksudnya. Mungkinkah itu bentuk lain dari keinginan untuk dianggap hebat tapi sebenanya masih ragu dengan kehebatan dirinya hingga butuh pengakuan dari orang lain?

Ada pendapat juga bahwa orang yang “mengaku-ngaku” newbie adalah orang yang rendah hati, tidak sombong dengan kemampuannya, mungkin ada benarnya juga.

sumber foto: http://thenectarcollective.com/new-reader/

Newbie adalah kata yang biasa digunakan sejak jaman baheula, awalnya adalah “New Boy” atau “Anak Baru”, ada juga yang bilang dari kata “New Beginner” penggunaan kata ini berkembang sampai ke negara kita dan di setiap komunitas pasti ada saja yang suka mengaku-ngaku newbie.

Lanjutkan membaca Maaf Saya Newbie

Maksimum Minimum


Sudah sering kita dengar orang berkata atau dapati tulisan “semaksimum mungkin” dan/atau “seminimum mungkin” Benarkah frasa itu ? Logiskah ?

Menurut dua kamus yang menjadi acuan tulisan ini :

1.         Maximal (a) : greatest in amount or degree

            Maksimal (a) : sebanyak-banyaknya; setinggi-tingginya; tertinggi;

            Maximum (n) : greatest possible

            Maksimum (n) : yang paling banyak; yang paling tinggi; jumlah yang tertinggi;

2.         Minimal (a) : smalest in amount or degree

            Minimal (a) : sedikit-dikitnya; sekurang-kurangnya

            Minimum (n) : least possible

            Minimum (n) : yang paling kecil/sedikit; yang paling rendah;

Dalam KBBI 2008, kata paling mengandung makna “teramat”, artinya tak ada yang lebih; sedangkan ter- (prefik) mengandung makna “paling” misalnya : tercantik, terpandai.

Dalam pengertian matematika, maksimum adalah titik puncak, tertinggi, tak ada lagi yang lebih tinggi; sedangkan minimum adalah titik nadir, terendah, tak ada yang lebih rendah. Lantas, bagaimana mungkin sesuatu yang Lanjutkan membaca Maksimum Minimum

BAHASA INDONESIA PARA PEJABAT & ILMUWAN


–kurang percaya pada bahasa nasional–

Sumpah Pemuda telah berusia lebih dari tujuh dasa warsa. Salah satu butir sumpah itu berbunyi: Menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Sayang, itu hanya sumpah layaknya sumpah seorang pemuda yang sedang mabuk kepayang pada seorang gadis; sumpah yang mudah tertumpah karena tiada tulang di lidah. Bangsa ini, terutama para pejabat dan amat banyak ilmuwan yang konon menjadi panutan, belum cukup kesatria untuk memegang teguh sumpahnya. Terlalu banyak alasan dicari-cari untuk dengan enteng menggunakan bahasa asing (terutama Inggris) alih-alih menggunakan Bahasa Indonesia, meskipun istilah itu amat sangat mudah diperoleh padanannya dalam Bahasa Indonesia (atau bahasa daerah), bahkan sudah digunakan sehari-hari secara umum.

Bila para pemimpin (terutama) dan para cerdik pandai sudah tidak percaya kepada bahasanya sendiri, maka gembar-gembor: “GUNAKANLAH BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR”, hanya akan menjadi tertawaan sebagaimana sering diungkapkan oleh Timbul Sri Mulat. Bukan salah Timbul, tetapi itulah gaya dia “menyindir” kita yang mudah bersumpah karena lidah tak bertulang.

Sumber Foto: http://baltyra.com/2012/09/10/masih-meleset/

Bahasa, adalah salah satu butir Sumpah Pemuda, tetapi apa yang kita lihat sehari-hari ? Kita lebih senang menggunakan kata diskon alih-alih rabat atau potong harga. Kata jamban atau peturasan sudah menjadi kata asing karena di mana-mana yang kita lihat adalah Lanjutkan membaca BAHASA INDONESIA PARA PEJABAT & ILMUWAN

BAHASA INDONESIA, “SIAPAKAH” KAMU ?


Hasil UN memrihatinkan, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mengapa ? Tak perlu mencari “kambing hitam” karena kambing itu ada pada “mental” kita masing-masing. Kita sudah ingkar pada Sumpah Pemuda yang bergaung sudah hampir satu abad. Kita, termasuk para pejabat dan kebanyakan cendekiawan yang seharusnya menjadi panutan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, masih merasa lebih gagah menyelip-nyelipkan bahasa asing dalam bertutur dan menulis, padahal padanannya dalam Bahasa Indonesia sudah ada dan dikenal luas, atau kurang percaya pada kemampuan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia seolah-olah masih “asing” di negerinya sendiri. Bahasa Indonesia diremehkan, disepelekan. Salah satu bukti adalah hasil UN.

sumber gambar: http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/22/kenapa-harus-budi-bukan-badu/

UU No.24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, pasal 26-39 isinya me-wajib-kan penggunaan Bahasa Indonesia pada semua aspek kehidupan berbangsa. Pada pasal 30 tersurat “Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam Lanjutkan membaca BAHASA INDONESIA, “SIAPAKAH” KAMU ?

Pulau Terluar ???


Akhir-akhir ini saya sering mendengar (ujaran orang dan penyiar TV) dan membaca tentang masalah perbatasan NKRI dengan disebutnya “Pulau Terluar”. Pulau-pulau yang harus kita jaga dan pelihara serta amankan agar tetap menjadi bagian NKRI. Nasib P.Ligitan dan P.Sipadan jangan terulang. Mengapa kita repot ‘mengurusi’ pulau terluar dan merisaukannya karena dirasakan sebagai ancaman terhadap kesatuan wilayah NKRI ? Apakah kita berhak ?

Menurut KBBI 1991, kata “luar” mengandung makna  (adj) asing, bukan berasal dari lingkungan (keluarga, daerah, negeri, dan sebagainya) sendiri; (n) 1. tempat, daerah, dan sebagainya yang bukan merupakan bagian dari sesuatu; 2. sisi, bagian, permukaan, dan sebagainya yang tidak berada di dalam.

Sumber gambar: http://kabarapasaja.blogspot.com/2012/05/ini-dia-daftar-pulau-terluar.html

Saya ‘merasa’ tahu (mudah-mudahan benar) bahwa yang dimaksud dengan “pulau terluar” adalah pulau-pulau yang masih termasuk dalam wilayah NKRI. Bila pengertian saya benar, artinya Lanjutkan membaca Pulau Terluar ???

Orangtua atau Orang Tua ?


Ketika dituturkan tak jelas benar bedanya kecuali dalam kontek kalimat, namun ketika ditulis akan jelas sekali perbedaannya meskipun tidak dalam susunan kalimat. Pengertian orangtua (satu suku kata) memang tidak sama dengan orang  tua (dua suku kata). Kata lain sering membingungkan penulis yang malas berpikir lebih cermat, adalah penggunaan kata keluar dan ke  luar, sama penuturannya tetapi tak sama penulisannya karena memang tak sama maknanya.

Orang Tua atau Orangtua ?

Cermat-cermatlah menulis. Bahasa tulisan memang tak sama dengan bahasa lisan. Dalam tulisan orang tidak melihat gerak tubuh si penutur, atau ekspresi muka, atau intonasi, atau suasana. Dalam bahasa lisan, kalimat tak sempurna pun masih dapat Lanjutkan membaca Orangtua atau Orang Tua ?

DI MANA? Sudah tahu kok bertanya?


“Di mana” (amat banyak yang masih menuliskannya “dimana”), dalam bahasa Indonesia adalah ungkapan untuk menanyakan tempat. Bila kita simak berbagai tulisan (makalah dan di media cetak) serta ungkapan para pemandu acara, bertebaran kata “di mana” yang tidak tepat atau salah tempat atau tidak diperlukan. Bila kita cermati, jelas sekali bahwa kata itu adalah terjemahan dari kata “where” dalam bahasa Inggris yang tidak selalu bertanya tempat. Kata  “where” (yang bukan menanyakan tempat) dapat dihilangkan/diabaikan saja atau diterjemahkan/dipadankan dengan salah satu dari kata berikut ini: yangtempat,  dan, kala/ketika/saat/waktu, dengan, keterangan.

Sumber Gambar: http://camilan.sepocikopi.com

Patuh pada kaidah bahasa

Bahasa Indonesia mengenal kelompok kata sambung yang sering kali tidak kita manfaatkan dengan baik. Kita memiliki kata sambung antara lain: Lanjutkan membaca DI MANA? Sudah tahu kok bertanya?

MENJUNJUNG TINGGI BAHASA NASIONAL, BAHASA INDONESIA


(Berikut ini adalah tulisan ayah saya Suwardjoko P. Warpani yang saya terbitkan ulang, selanjutnya akan ada lagi beberapa tulisan / opini beliau)


Enampuluh tahun Bangsa Indonesia sudah merdeka, namun baru merdeka sebagai suatu negara yang mempunyai nama dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mempunyai pemerintahan sendiri; sedangkan di berbagai aspek kehidupan dan penghidupan masih menyandang tanda tanya besar apakah kita sudah merdeka. Salah satunya adalah di bidang kebahasaan; Bahasa Indonesia Belum Merdeka.

Lebih dari 70 tahun yang silam, kita sudah bersumpah bahwa bahasa nasional kita adalah Bahasa Indonesia, namun bangsa yang sudah 60 tahun merdeka ini masih juga belum memiliki kepercayaan diri untuk menjunjung tinggi bahasa nasional, Bahasa Indonesia. sebagaimana sumpahnya. Istilah atau kata-kata yang sudah sangat dipahami dalam Bahasa Indonesia, banyak yang diabaikan dan para penutur serta penulis lebih percaya kepada bahasa asing (terutama Inggris), padahal diutarakan di Indonesia, ditujukan kepada masyarakat Indonesia, tentang masalah Indonesia, oleh orang Indonesia. Kita lebih bangga menyelipkan kosa kata bahasa asing (Inggris) meskipun tidak jarang terasa janggal.

Penulis tidak anti pada Lanjutkan membaca MENJUNJUNG TINGGI BAHASA NASIONAL, BAHASA INDONESIA

Korupsi Bahasa Indonesia


Berikut ini adalah tulisan ayah saya, Suwardjoko Warpani tentang Bahasa Indonesia, beliau sering mengisi waktu luangnya dengan mengamati pengunaan Bahasa Indonesia dan menuliskannya secara singkat, ini adalah salah satu tulisannya. Selain tulisan ini saya juga akan menambahkan beberapa tulisan ayah saya tentang Bahasa Indonesia.

KORUPSI  BAHASA  INDONESIA

S . P . W a r p a n i

Lanjutkan membaca Korupsi Bahasa Indonesia

Kecuali BUSWAY ??


Tadi sore saat saya jalan-2 dengan keluarga, anak saya bertanya :

“Pak, kok tulisannya Kecuali busway?”

Pertanyaan sederhana seperti itulah yang juga sering ada di benak saya.

Sejak awal ada busway saya tergelitik dengan istilah dan bahasa yang digunakan masyarakat umum, fenomena busway seakan sudah meresap dalam pikiran dan tutur kata masyarakat.

Lanjutkan membaca Kecuali BUSWAY ??